Mahasiswa Asal Lingga mengikuti Program Induksi UIN Sunan Gunung Djati Bandung di SMAN 2 Singkep |
Setelah mengikuti pendidikan selama
lebih kurang empat bulan, perjuangan guru PAI dari Kabupaten Lingga selama
berstatus mahasiswa PPG ini memberikan hasil yang sangat membahagian, apalagi
setelah dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru
(UKMPPG).
Setelah berbulan-bulan bergelut
dengan laptop, modul, tugas, praktik mengajar, hingga ujian kinerja, kini
mahasiswa dapat merasakan manisnya perjuangan yang terbayar. Perjuangan yang
sangat banyak mengutas tenaga, energy dan pikiran ini tergantikan dengan hasil
yang sangat baik yakni lulus.
Bahkan, ada mahasiswi drop,
orangtuanya sakit, kesulitan jaringan listrik, ada juga sedang mengandung.
“Saat PPG ini saya sedang hamil
besar. Alhamdulilah, setiap tahap-tahapanya bisa saya lalui dengan semaksimal
mungkin,” kata Kurniasari Salah satu peserta PPG PAI UIN Sunan Gunung Djati
Bandung asal Kabupaten Lingga ini.
“Perjalanan ini sungguh luar biasa.
Banyak pelajaran yang telah kami dapatkan dari setiap tetes perjuangan ini.
Kami bukan hanya belajar menjadi guru yang kompeten, tetapi juga memahami arti
ketulusan dalam mengabdikan ilmu untuk anak bangsa,” tambahnya.
Berbeda dengan kisah Fenni Gustia
Roza, guru PAI dari Kabupaten Lingga bertugas disalah satu pulau terluar yakni
Pulau Pekajang, harus menemupuh perjalanan laut yang cukup jauh. Bahkan, selama
menjalankan pendidikan ia sempat drof.
“Saya sempat drof dan harus dirawat
di rumah sakit. Bahkan Ibu saya juga masuk rumah sakit di saat saya mengikuti
PPG ini,” cerita Fenni.
Fenni mengatakan perjuangan untuk
guru professional ini membutuhkan perjuangan. Dan ia mengakui sangat
berterimakasih kepada suami yang telah mendampingi dirinya selama mengikuti
PPG.
“Alhamdulillah, lulus UKMPPG PAI
UIN Sunan Gunung Djati. Terimakah kepada semua pihak yang telah membantu saya
selama ini,’” ujarnya.
Jalan Penuh Tantangan
Sejak awal bergabung dalam program
PPG, mahasiswa dihadapkan pada jadwal padat, mulai dari teori, praktik
lapangan, hingga pembuatan video Projek Penguatan Profil Pelajaran Pancasila
dan Profil Pelajaran Rahmatan Lil Alamin (P5PPRAA).
Selama pendidikan, mahasiswa
Katagori 2(K2) harus membuat sekitar 5 video pembelajaran dengan berbagai
model. Mulai dari PBL, PJBL, TPACK, DBL dan P5PPRAA. Dan satu lagi video Ukin.
Jadi ada 6 video pembelajaran dengan durasi lebih kurang 20 menit harus dibuat
saat praktek lapanagan.
Namun, bagi mahasiswa PPG UIN Sunan
Gunung Djati Bandung ini, hal tantangan tersebut justru menjadi
penyemangat untuk terus belajar.
“Ketika saya berhasil menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning di kelas dan melihat siswa mulai
memahami pentingnya tabayyun dan menghindari gibah, saya merasa inilah esensi
menjadi seorang guru,” tambah Ahmad Yani.
Kebersamaan yang Menguatkan
Meskipun berasal dari berbagai
daerah dan latar belakang, mahasiswa PPG Batch 1 2024 menjadikan keberagaman
sebagai kekuatan. “Kami saling mendukung. Kalau ada yang kesulitan dengan
modul, yang lain siap membantu. Rasa kekeluargaan inilah yang membuat kami
bertahan,” kata Maria, salah satu mahasiswa lainnya.
Kebersamaan tersebut semakin erat
saat mereka menghadapi ujian komprehensif dan ujian kinerja. Mereka sering
mengadakan diskusi daring, berbagi materi belajar, dan saling memberi motivasi.
“Rasanya seperti keluarga besar yang bersama-sama menuju tujuan yang sama,”
ungkap Maria.
Cahaya Asa di Ujung Perjalanan
Kini, di penghujung program,
mahasiswa PPG Batch 1 UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2024 tinggal menunggu
hasil akhir. Meski demikian, kebahagiaan telah menyelimuti hati mereka. Tidak
hanya karena perjuangan yang sudah hampir selesai, tetapi juga karena bekal
yang mereka dapatkan untuk menjadi guru yang profesional, kompeten, dan
berakhlak mulia.
“Bagi saya, kebahagiaan ini bukan
sekadar tentang kelulusan. Ini tentang bagaimana saya siap menjalankan amanah
sebagai pendidik. Ilmu yang saya dapat di sini adalah bekal untuk masa depan
siswa-siswa saya,” ujar Ahmad dengan penuh harap.
Dengan semangat yang membara,
mahasiswa PPG ini siap melangkah ke dunia pendidikan sebagai agen perubahan.
Mereka percaya bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan jiwa
untuk mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter.
0 Comments